Kesehatan Mental dalam Sosial Modern

Kesehatan mental telah menjadi isu yang berkembang dalam beberapa tahun terakhir, terutama setelah pandemi COVID-19, yang secara signifikan memengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat. Masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi terus meningkat, yang menyoroti bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Artikel ini akan membahas pentingnya menjaga kesehatan mental, bagaimana hal itu memengaruhi kehidupan sehari-hari, dan langkah-langkah yang diambil pemerintah untuk mengatasi masalah ini.
Kesehatan Mental dalam Masyarakat
Kesehatan mental mencakup kesejahteraan emosional, psikologis, dan sosial, yang memengaruhi cara orang berpikir, merasa, dan berperilaku. Ketika kesehatan mental seseorang terganggu, mereka mungkin kesulitan untuk menjalani kehidupan sehari-hari, berinteraksi dengan orang lain, atau mengatasi stres. Dalam konteks yang lebih luas, masalah kesehatan mental dapat memengaruhi produktivitas dan kualitas hidup secara keseluruhan.
Selama pandemi COVID-19, banyak orang mengalami peningkatan tekanan psikologis karena isolasi sosial, ketidakpastian ekonomi, dan masalah kesehatan. Periode ini menunjukkan bagaimana faktor eksternal dan lingkungan dapat secara signifikan memengaruhi kesehatan mental. Menurut data Kementerian Kesehatan Indonesia, 6,1% dari populasi berusia 15 tahun ke atas mengalami masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi.
Kerentanan Kesehatan Mental pada Remaja
Remaja sangat rentan terhadap masalah kesehatan mental. Tahap kehidupan ini merupakan periode kritis pembentukan identitas dan perkembangan kognitif. Selama proses ini, tekanan eksternal seperti tuntutan akademis, harapan sosial, dan hubungan dengan teman sebaya sering kali memicu stres dan kecemasan.
Sebuah survei oleh Universitas Gadjah Mada menemukan bahwa 1 dari 3 pemuda Indonesia menghadapi masalah kesehatan mental. Ini berarti sekitar 15,5 juta orang muda menghadapi tantangan psikologis, dengan 2,45 juta mengalami gangguan kesehatan mental yang lebih parah. Jika tidak diobati, masalah ini dapat menyebabkan kinerja akademis yang buruk, kesulitan sosial, dan bahkan perilaku yang merugikan.
Terbatasnya Layanan Kesehatan Mental di Indonesia
Meskipun kebutuhan akan layanan kesehatan mental semakin meningkat, Indonesia masih menghadapi tantangan yang signifikan dalam menyediakan perawatan yang memadai. Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa hanya 46% pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) yang dapat menawarkan layanan kesehatan mental. Banyak pusat kesehatan yang merujuk pasien ke fasilitas kesehatan tingkat tinggi, seringkali dengan prosedur rujukan yang kurang optimal, sehingga pasien tidak mendapatkan perawatan yang tepat.
Selain itu, Indonesia juga mengalami kekurangan tenaga kesehatan mental. Hingga tahun 2021, hanya ada 1.053 psikiater dan 2.917 psikolog klinis yang aktif hingga tahun 2023. Jumlah ini jauh di bawah rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu 1 psikiater untuk setiap 250.000 orang dan 1 psikolog untuk setiap 90.000 orang.
Upaya Pemerintah dalam Menangani Kesehatan Mental
Menanggapi tantangan ini, pemerintah Indonesia telah mengambil beberapa langkah untuk meningkatkan perawatan kesehatan mental. Salah satu upaya utama adalah memperluas kapasitas pusat kesehatan masyarakat untuk menyediakan layanan kesehatan mental. Pemerintah juga telah memperkenalkan program-program seperti Kartu Prakerja dan beasiswa KIP Kuliah untuk membantu meredakan kecemasan tentang masa depan, khususnya ketidakpastian ekonomi.
Selain itu, pemerintah berupaya menghilangkan stigma negatif seputar masalah kesehatan mental. Stigma ini sering kali menghalangi individu untuk mencari pertolongan, karena mereka takut dihakimi atau diberi label. Dengan mengurangi stigma ini, lebih banyak orang mungkin merasa nyaman mengakses pertolongan profesional, sehingga memungkinkan intervensi lebih awal.
Namun, meskipun inisiatif ini merupakan langkah ke arah yang benar, anggaran yang dialokasikan untuk kesehatan mental di Indonesia masih kecil—saat ini hanya sekitar 1% dari total anggaran kesehatan. Untuk mengatasi krisis kesehatan mental yang terus meningkat, pemerintah perlu meningkatkan anggarannya dan memastikan bahwa layanan kesehatan mental dapat diakses dan didistribusikan secara merata di seluruh negeri.
Kesimpulan
Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik dan dapat memengaruhi fungsi, produktivitas, dan kesejahteraan sehari-hari. Remaja sangat rentan terhadap masalah kesehatan mental, dan jika tidak ditangani, tantangan ini dapat menimbulkan konsekuensi jangka panjang. Pemerintah memainkan peran penting dalam mempromosikan kesehatan mental dengan meningkatkan layanan, mengurangi stigma, dan menawarkan program pendukung. Namun, diperlukan upaya yang lebih komprehensif, termasuk peningkatan pendanaan dan distribusi layanan yang lebih baik, untuk memastikan kesejahteraan mental seluruh masyarakat Indonesia.